Kembali ke Linux

Setelah cukup lama menggunakan Windows 10, saya sadar kalau kinerja laptop saya sudah menurun. Selain banyaknya aplikasi bawaan Windows 10 yang tidak penting namun menguras memori, aplikasi yang saya gunakan sehari-hari juga menggunakan versi terbaru (contohnya: MS Office 2016). Belum lagi aplikasi yang berjalan secara background seperti WhatsApp dan Slack.


Sudah semua cara saya gunakan untuk mempertahankan kinerja laptop saya, mulai dari upgrade RAM ke 4GB hingga mengganti hardisk dengan SSD, tetap saja laptop saya harus mikir dulu sebelum menampilkan tulisan yang saya ketik (yang pernah ngerasain itu pasti tahu betapa betenya). Yah, enggak bisa dipungkiri, namanya komputer jadul (keluaran 2012) dipaksain pake hardware yang mumpuni tetap gak akan bisa mengikuti. Ibarat kata, kalau mobil opelet dipasangin mesin balap, ya mana sanggup.

Akhirnya saya memutuskan untuk menginstall kembali Linux, dengan distro favorit saya: Arch Linux. Alasannya sederhana: saya bisa menentukan sendiri bagaimana bentuk OS saya nantinya, beda dengan Ubuntu yang udah komplit dengan aplikasi bawaannya. 

Buat kamu yang penasaran dan ingin mencoba menginstallnya, kamu perlu tahu bahwa proses instalasinya hanya menggunakan baris perintah dan koneksi internet, bahkan untuk terhubung ke internet pun menggunakan baris perintah. Saya sendiri harus membuat catatan sebelum melakukan instalasi berisi perintah-perintah yang akan digunakan:


Dan proses instalasi pun berjalan:


Dan instalasi selesai, saatnya masuk ke sistem:
Kosong melompong, hanya ada aplikasi terminal
Awalnya saya menggunakan budgie desktop sebagai Desktop Environment, namun tampilannya kurang sederhana dan mirip dengan Gnome. Saatnya beralih ke XFCE:

Sempurna! Persis seperti yang saya inginkan!
Selesai instalasi OS dan menambah aplikasi seperlunya, terasa beda sekali kinerjanya. Semua lancar jaya, tanpa hang atau lag lagi.

I'm now on BukaLapak.Com

No comments:

Post a Comment

Monggo di-komeng